LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN
DI MASJID AGUNG DEMAK
Disusun Oleh :
Nama : Fauzul
Adzim Naja
Kelas : VIII
No Absen : 20
YAYASAN AZ-ZAHRA
SMPIT AZ-ZAHRA DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan masjid bagi agama islam sangat penting
sekali karena masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga tempat
pendidikan, tempat berkumpul dan juga tempat bermusyawarah. Keberadaan Masjid
Demak tidak dapat dipisahkan dari sejarah penyebaran agama islam terutama di
daerah Jawa. Menurut sejarah pembangunannya, memang masyarakat Demak lebih
condong pada agama dan budaya islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat
penyebaran Islam di pulau Jawa. Sebagai pusat penyabaran islam, Demak menjadi
tempat berkumpulnya para wali yang akan menyebarkan agama islam. Sehingga
terciptalah kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah antara orang-orang islam. Dengan
berkembangnya Islam di demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota dagang
dan pusat penyebaran islam di Pulau Jawa.
Masjid Demak sendiri dibangun bersama-sama oleh para
wali. Sehingga terdapat unsur-unsur yang tersembunyi pada masjid pertama di
jawa tersebut. Begitu juga pengaruh hindu yang ada, sehingga bangunan Masjid
Demak mengandung unsur-unsur adat hindu, seperti atapnya, tugu peyangga, dll.
Melihat hal tersebut membuat penulis tertarik untuk
mengangkat tema tersebut kedalam sebuah laporan kegiatan kunjungan yang penulis
beri judul “Laporan Kunjungan ke Masjid Agung Demak”.
B. Rumusan Pembahasan
Pembahasan
yang akan penulis bahas dalam karya tulis ini adalah :
1.
Sejarah Pembangunan Masjid Agung Demak
2.
Arsitek ( Bentuk Bangunan ) Masjid Agung
Demak
3.
Struktur Bangunan Dan Bagian-Bagian Dari
Masjid Agung Demak
4.
Peninggalan-Peninggalan Sejarah di
Masjid Agung Demak
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui tentang masjid
agung demak dan peninggalan-peninggalan yang ada didalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Pembangunan Masjid Agung Demak
Masjid agung demak merupakan salah satu masjid
tertua di Pulau jawa yang didirikan oleh wali songo. Berdasarkan cerita
tradisional, masjid ini didrikan oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1478, sebelum
zaman kejayaan kesultanan Demak. Meskipun sebelum zaman kejayaan Kesultanan
Demak, masjid ini dapat dibangun dengan megah karena kebangkitan kota-kota
pesisir di utara Jawa pada abad ke XV dan XVI. Namun kemungkinan besar masjid
ini diibangun pada masa Arya Semangsang, cucu Raden Patah, yang berkuasa di
Demak hingga tahun 1504.
Tahun berdirinya masjid ini dituliskan pada mihrap
masjid dengan hiasan berupa kura-kura yang diintterpretasikan sebagai tanggal
dibangunnya masjid itu. Kepalanya menunjukan angka 1, kakinya angka 4, badannya
yang bulat melambangkan angka 0, dan ekorny anga 1, melambangkan tahun
didirikannya adalah 1401 saka atau 1479 masehi. Di diding mihrab bagian dalam
terdapat candarsengakala “saliro sunyi kibalthing gusti ” yang berarti tahun
1401 saka.
Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahab, yaitu
pada tahun 1466 bersamaan dengan dibangunnya pondok pesantren glagah wangi di
bawah asuhan Sunan Ampel. Tahun ini diabadikan pada candra sengkala yang
terdapat di pintu utama masjid yang berbunyi “upaya mulat salira wani” yang
berarti 1388 saka atau 1466 masehi yang juga bertepatandengan 887 hijriyah.
Tahap kedua tahun 1477, masjid kembali dibangun sebagai mesjid kadipaten
Glagahwangi, Demak. Dan pada tahun 1478 ketika raden Patah diangkat sebagai
Sulatan Demak I, masjid ini derenovasi dengan menambah tiga trap. Raden Fatah
dsan Wali songo memimpin proses pembangunan masjid ini dibantu Rakyat sekitar.
Sunan kalijaga mendapat tugas untuk memnentukan arah kiblat.
B.
Arsitek
( Bentuk Bangunan ) Masjid Agung Demak
Masjid agung Demak dibangun dengan gaya khas
Majapahit yang membawa corak kebudayaan Bali yang terpadu harmonis dengan rumah
joglo khas jawa tengah. Bentuk adaptasi dari bangunan peribadatan agama Hindu
yang merupakan wujud akulturasi dan symbol toleransi penyebaran agama islam di
tengah-tengah masyarakat Hindu. Kondisi iklim tropis cukup banyak mempengaruhi
pembangunan masjid. Bentuk bangunan banyak menggunakan bahan dari kayu sehingga
pembuatan bentuk bulat dengan ukiran lengkung akan lebih mudah. interior bagian
dalam juga menggunakan bahan dari kayua dengan ukiran yang indah.
Pengaruh arab dan masjid-masjid di timur tengah
terlihat dengan adanya maqsura di depan mahrab yang ditandai dengan pagar untuk
sembahyang pejabat tertinggi di daerah itu. Keempat soko guru berpenampang
lingkaran, dikelilingi oleh du belas kolom dalam posisi denah bujur sangkar
seperti kolom Yunani-Dorik. Antara kolom terdapat dinding sebagai pilaster yang
terdapat bukaan dengan pelengkung patah seperti banyak terdapat pada
masjid-masjid kuno India.
Ornament masjid cukup banyak berupa keramik denngan
lukisan flora dan fauna, kebanyakan berupa burung, bunga, daun dan dahan. Dapat
dipastikan pengaruh cina sangat besar, mengingat tidak sedikit pedagang cina yang
bermukim di daerah demak. Piring-piring porselen digunakan juga sebagai hiasan
pada dinding masjid.
C.
Struktur
Bangunan Dan Bagian-Bagian Dari Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak terdapat ditengah-tengah kta dan
menghaadap ke alun-alun kota demak. Alun-alun selain berfungsi sebagai halaman
juga berfungsi tempat penyelenggaraan upacara grbegdan pengumpulan warga saat
akan disiarkan ajaran agama islam. Di sekeliling masjid terdapat kauman, yaitu
pemukuman orang muslim. Di sebelah utara terdapat pasar dan pecinan, sedangkan
di selatan alun-alun terdapat kampong sitinggil.
Luas keseluruhan dari Masjid Agunng Demak adalah
11.220 m2. Luas bangunan utamam masjid adalah 31x31 m, disamping terdapat
serambi berukuran 25x31 m dengan panjang kelliling 35x2,35 m dan tatak rambat
dengan ukuran 25x3 m. serambi masjid ditopang oleh 28 soko guru dengan tinggi
15,49m dengan daiameternya 1,45m, empat diantaranya adalah soko guru penyangga
utama yang dikelilingi duabelas kolom dengan denah bujur sangkar. Tiang
penyangga banguan berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.
Ruang utama untuk sholat berjamaah berukuran 25x26
m, ada di tengah-tengah banguanan.mihrab (tempat imam) ada dibagian depan ruang
utama, berbentuk sebuah ruang kecil yang menghadap ke kiblat. Terdapat
pawestren (ruang sholat untuk wanita) dengan luas 15x17,30m yang ada di sisi
selatan masjid, yang dibangun oleh KRA Arya Purbaningrat pada tahun 1866.
Sebelah kanan ruang uatam terdapat ruang khlawat atau maqsuro (ruang renungan)
berukuran 2x2,5m yang dipakai para penguasa kesultanan demak untuk memohon
petunjuk Allah. Seluruh ruangan dipenuhi oleh lukisan model majapahit, salah
satu sudutnya terdapat kaligrafi yang memuliakan Allah.
Dilingkungan masjid terdapat komplek makam sultan
demak dan kerabatnya. Komplek makam kasepuhan yang merupakamn makam Sultan
Demak I dan II beserta kerabtnya yang tersiri atas 24 makam, serta makam
Kaneman yang terdiri atas 24 makam yang merupakan makam Suktan Demak III dan
kerabatnya. Makam di sebelah barat Lasepuhan dan Kaneman, yang terdiri atas
makam Pangeran Arya Penangsang, Pangeran Jipang, Pangeran Arya Jenar, Pangeran
Jaran Panoleh.
Di depan masjid terdapat menara yang dibangun tahun
1932 oleh belanda dari kerangka baja dengan tinggi 25m, seperti menara air.
Pada puncaknya diletakkan semacam gardu berbentuk segi delapan dengan atap
kubah bawang dengan tritisan keliling model masjid india. Kolam Wudlu dibangun
mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk berwudlu.
Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah tidak
dipergunakan
D.
Peninggalan-Peninggalan
Sejarah di Masjid Agung Demak
Beberapa peninggalan sejarah yang ada di Masjid
Agung Demak yang bisa kita lihat sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut
:
1. Soko Majapahit
Soko Majapahit , tiang ini berjumlah delapan
buah terletak di serambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V
Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati
Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
2. Pawestren,
Pawestren merupakan bangunan yang khusus
dibuat untuk sholat jama’ah wanita. Dibuat menggunakan konstruksi kayu jati,
dengan bentuk atap limasan berupa sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati.
Bangunan ini ditopang 8 tiang penyangga, di mana 4 diantaranya berhias ukiran
motif Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m.
Pawestren ini dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin dari
bentuk dan motif ukiran Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun 1866 M.
3. Surya Majapahit,
Surya Majapahit merupakan gambar hiasan segi 8
yang sangat populer pada masa Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar
ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak
dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
4. Maksurah
Maksurah, merupakan artefak bangunan berukir
peninggalan masa lampau yang memiliki nilai estetika unik dan indah. Karya seni
ini mendominasi keindahan ruang dalam masjid. Artefak Maksurah didalamnya
berukirkan tulisan arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT.
Prasasti di dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana
saat itu Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
5. Pintu Bledheg,
Pintu bledeg adalah pintu yang konon diyakini
mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali.
Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo Mulat
Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
6. Mihrab
Mihrab atau tempat pengimaman, didalamnya
terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”.
Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401
Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan
terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutan Dampar
Kencono warisan dari Majapahit.
7. Dampar Kencana
Dampar
Kencana adalah benda arkeologi yang merupakan peninggalan Majapahit abad XV,
sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya
ke V Raden Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono
1521 – 1560 M, secara universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang
kejayaan Patih Gajah Mada.
8. Bulus
Masjid
Agung Demak didirikan pada tahun saka 1401, berdasarkan gambar Bulus yang terdapat dalam pengimaman masjid. Gambar
Bulus diartikan kepala bulus berarti angka 1, kaki empat berarti angka 4, badan
bulus berarti 0, ekor bulus berarti angka 1. Bulus merupakan candrasengkala
Memet, yang diartikan Sasiro Sunyi Kiblating Gusti
9. Soko Tatal / Soko Guru,
Soko Tatal / Soko Guru yang berjumlah 4 ini
merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga.
Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat soko
guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut
didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian
tenggara buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan
Kalijaga Demak. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai
Soko Tatal.
10. Situs Kolam Wudlu
Situs
ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk
berwudlu. Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun
sudah tidak dipergunakan lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa Masjid Agung Demak merupakan salah satu cagar budaya yang ada di
Kabupaten Demak dan merupakan masjid pertama yang didirikan di daerah Jawa sebelum
Kerajaan Demak berdiri. Tahun berdirinya
masjid ini dituliskan pada mihrap masjid dengan hiasan berupa kura-kura yang
diintterpretasikan sebagai tanggal dibangunnya masjid itu. Kepalanya menunjukan
angka 1, kakinya angka 4, badannya yang bulat melambangkan angka 0, dan ekorny
anga 1, melambangkan tahun didirikannya adalah 1401 saka atau 1479 masehi. Di
diding mihrab bagian dalam terdapat candarsengakala “saliro sunyi kibalthing
gusti ” yang berarti tahun 1401 saka.
Ada
banyak sekali peninggalan sejarah yang terdapat dalam masjid ini antara lain
1.
Soko Majapahit
2.
Pawestren,
3.
Surya Majapahit,
4.
Maksurah
5.
Pintu Bledheg,
6.
Mihrab
7.
Dampar Kencana
8.
Bulus
9.
Soko Tatal / Soko Guru,
10.
Situs Kolam Wudlu
B. Saran
Mengingat betapa besarnya nilai sejarah
dalam masjid agung demak ini alangkah baiknya kita menjaga kelestariannya. Tidak
hanya itu kita juga harus meramaikan Masjid Agung Demak dengan cara ikut sholat
berjamaah didalamnya, mengadakan kegiatan keagamaan dan mengikuti kajian-kajian
ilmu yang dilaksanakan di Masjid Agung Demak mengingat sekarang masjid ini
jarang dikunjungi terutama bagi kaum muda.
DAFTAR PUSTAKA
http://nadabulbul.blogspot.com/2011/04/objek-wisata-masjid-demak.html
diakses tanggal 2 April 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Demak
diakses tanggal 2 April 2015
http://idanurazizah1.blogspot.com/2013/07/keunikan-masjid-agung-demak.html
diakses tanggal 2 April 2015
wawancara dengan
penjaga Masjid Agung Demak tanggal 2 April 20154
No comments:
Post a Comment