BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam membuat makanan kita harus menentukan bahan apa saja yang yang harus kita persiapkan. Mulai dari bahan pokok maupun bahan makanan pendamping. Setelah itu kita juga harus mengidentifikasi bahan, pemilihan bahan, jenis-jenis bahan, dan cara pemilihannya agar makanan kita tersebut benar-benar menjadi makanan yang berkualitas tinggi.
Maka dari itu dalam makalah ini penulis merasa tertarik untuk mengangkat tema tersebut diatas kedalam sebuah karya tulis yang berjudul “Pengetahuan Bahan Makanan”
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah :
A. Pengertian Bahan Makanan yang digunakan ?
B. Bagaimana Identifikasi Bahan Makanan yang digunakan?
C. Bagaimana Pemilihan Bahan yang digunakan ?
D. Apa saja Jenis-Jenis Bahan yang digunakan ?
E. Bagaimana Cara Memilih Bahan yang digunakan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahan Makanan
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana nutrisi. Cairan dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran".
Bahan makanan adalah apa yang kita beli, kita masak dan yang kita susun menjadi hidangan. Contohnya: beras, jagung, sayur, daging dan telur. Sedangkan yang dimaksud dengan Zat makanan adalah satuan yang menyusun bahan makanan tersebut. Contoh-contoh Zat makanan menurut ilmu gizi yang kita kenal adalah Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Dalam susunan hidangan di masyarakat berbagai jenis bahan makanan dapat dikelompokan dalam :
1. Bahan makanan pokok;
2. Bahan makanan lauk pauk;
3. Bahan makanan sayuran;
4. Bahan makanan buah-buahan.
B. Identifikasi Bahan Makanan
Bahan makanan adalah hal sangat penting bagi kehidupan manusia seperti karohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Disamping itu ada zat yang ditambahkan baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja yang akan mempengaruhi kualitas makanan itu sendiri.
Masalah keracunan mekanan tampaknya sudah langganan di Indonesia. Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada dan angka kejadiannyapun cukup tinggi. Dari seluruh kasus keracunan yang ada, semua bersumber pada pengolahan makanan yang tidak higienis.
Penambahan tersebut bisa berbahaya bagi kesehatan manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja yaitu apabila bahan makanan ditambah zat aditif yang bersifat sintetis. Dalam proses produksi sering terjadi kelalaian bahkan kesengajaan menggunakan bahan kimia sebagai zat tambahan dalam makanan seperti zat pewarna, zat pengawet, dan sebagainya. Faktanya produksi pangan olahan untuktujuan komersial penggunaan bahan tumbuhan kimia sebagai bahan pengawet tidak mungkin dihindari , terutama industri rumah tangga.
Dalam membuat gulai ini, bahan yang dibutuhkan adalah daging selaku bahan pokok kita harus mengidentifikasinya apakah bahan daging kambing tersebut apakah daging masih layak konsumsi, apakah tidak mengandung virus antraks atau tidak, dan usia daging yang tidak terlalu tua agar empuk saat dimakan dan melihat apakah daging mengalami proses kimiawi dan pengawetan dengan menggunakan zat-zat yang berbahaya atau tidak. Selanjutnya kita juga menyiapkan bahan-bahan lain apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan gulai daging kambing ini sebagai bahan pendamping makanan.
C. Pemilihan Bahan
Setiap jenis daging memiliki sifat dan tekstur yang berbeda-beda. Sebab itu, sudah seharusnya kita berhati-hati dan berusaha memilih daging yang baik. Misalnya, daging sapi dan daging kerbau : dari warna dan tekstur dagingnya, daging sapi berwarna merah segar dan seratnya halus, lemaknya berwarna agak kuning, dan dagingnya kenyal, elastis, tapi tidak kaku. Sedangkan daging kerbau, dagingnya berwarna merah tua, seratnya lebih kasar daripada daging sapi. Lemak daging kerbau berwarna kuning juga keras.
Daging kambing jelas berbeda dengan daging sapi dan kerbau. Dari baunya yang keras saja kita sudah dapat mengetahuinya, apalagi dari dagingnya yang berwarna merah muda dengan serat yang halus dan lemak yang kenyal, serta berwarna putih kekuningan. Jadi, kalau lemaknya rapuh, itu tandanya daging tersebut sudah lama diawetkan atau di- es.
Beberapa hal yang mudah diingat, juga harus diingat apabila mau membeli daging yang baik :
1. Daging mempunyai warna yang segar, tidak pucat atau (terkadang ada pula) yang tampak agak mengkilat
2. Keadaan dagingnya masih kenyal, tidak kaku. Apabila dipegang, tidak lekat di tangan dan masih terasa agak basah-basah
3. Sebaiknya tidak mengambil daging yang berwarna ungu kebiru-biruan, apalagi kehitam-hitaman. Daging yang berwarna seperti itu merupakan daging yang sudah disimpan atau dibekukan terlalu lama
4. Walaupun warna dagingnya masih merah, tetapi kalau dipegang terasa berlendir itu tandanya daging sudah busuk
5. Aroma daging yang masih baik : tidak berbau basi, tidak berbau asam, apalagi berbau busuk
D. Jenis-Jenis Bahan
Dalam pembuatan makanan kita harus melihat jenis-jenis bahan apa saja yang harus disiapkan. Dalam membuat gulai ini jenis-jenis bahan yang disiapkan antara lain :
Bahan:
• 2 kg daging kambing has dalam, potong dadu 4 x 2 x 2 cm
• 1.500 ml santan dari 2 butir kelapa
• 150 g kentang, potong dadu
• 100 g wortel, potong dadu
• 1 sendok sayur minyak goreng
Bumbu:
• 3 lembar daun jeruk
• 4 buah kapulaga
• 3 cm kayu manis
• 4 buah cengkih
• 2 batang serai, memarkan
• 1 sdm air asam jawa
• 1 sdm bawang merah goreng
E. Cara Memilih Bahan
Tiap-tiap jenis daging mempunyai sifat yang berbeda-beda. Oleh karena itu harus berhati-hati dengan memilihnya.
Secara umum perhatikan hal-hal berikut :
• Daging mempunyai penampakan yang mengkilat, berwarna cerah dan tidak pucat.
• Tidak berbau asam atau bau busuk.
• Keadaan daging masih elastis dan tidak kaku.
• Jika dipegang, daging tidak terasa lekat padatangan dan masih terasa kebasahannya.
• Daging yang berwarna keunguan atau kehitaman menunjukkan daging sudah dibekukan atau di simpan beberapa lama.
• Daging yang masih berwarna merah tetapi cenderung berlendir, menunjukkan daging yang busuk.
Dalam daging kambing ini ada beberapa kriteria khusus yaitu daging kambing mempunyai serat yang halus dan lembut dan warna dagingnya merah muda. Lemak daging kambing keras dan kenyal serta berwarna putih kekuningan. Lemak yang rapuh menunjukkan daging yang sudah terlalu lama dibekukan. Selain itu daging kambing mempunyai bau yang keras jika dibandingkan daging sapi.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memasak kita harus mengetahui beberapa pengetahuan tentang memasak. Pengetahuan bahan itu meliputi identifikasi makanan, Pemilihan bahan makanan, jenis-jenis bahan dan juga cara memilih bahan yang benar agar masakan yang kita buat dapat menjadi masakan yang berkualitas tinggi baik dari segi gizi, protein, karbohidrat maupun kalorinya.
Contoh dari pengetahuan makanan ini terutama pemilihan bahan daging adalah :
• Daging mempunyai penampakan yang mengkilat, berwarna cerah dan tidak pucat.
• Tidak berbau asam atau bau busuk.
• Keadaan daging masih elastis dan tidak kaku.
• Jika dipegang, daging tidak terasa lekat padatangan dan masih terasa kebasahannya.
• Daging yang berwarna keunguan atau kehitaman menunjukkan daging sudah dibekukan atau di simpan beberapa lama.
• Daging yang masih berwarna merah tetapi cenderung berlendir, menunjukkan daging yang busuk.
B. Saran
Kita selaku koki harus mengetahui pengetahuan tentang pemilihan dan pengelolaan bahan makanan yang benar supaya makanan yang kita buat menjadi makanan yang istimewa dan bermutu tinggi.
Monday, 19 December 2011
DADI JENENGE SURABAYA
Retune iwak jenenge Sura. Kabeh bangsa iwak padha seneng marang retune jalaran pancen bisa ngemong lan dadi contoh ing wargane. Bangsa iwak kabeh dikandhani anggone urip, supaya ora gampang kena pancing, jalaran ing segara kono akeh wong mincing. Sing ora nurut ya pancen kena pancing tenan lan dadi patine. Nanging yen manut, ora bakal kena pancing. Ora kurang-kurang anggone ngandani marang bangsa iwak, nangin nyata Sura nampa lapuran yen ana sawetara iwak kena pancing. Sura pancen wis makaping-kaping ngandhani yen golek pangan aja gampang kena pengaruh pancing, yen padha ora nggugu yea kuwi padha ngertiya iwak sing kena pancing mesthi mati.
Ing segara kono pancen dadi obye,k mancing, narrging bareng kabeh nindakake peprentahe ratune, kabeh iwakslamet ora ana sing kena pancing, lan ora ana maneh wong mancing ing kono. Mula kabeh bangsa iwak serreng atine, saiki wis bebas pancing. Nanging anehe, saking senenge anggone padha golek pangan nganti tekan sungapane kali bengawan. Iwak-iwak rerombongan golek pangan mrono, ora ngetung bebaya, jalaran ing sungapane bengawan kono omahe warga baya. Weruh rombongan iwak, banjur dielikake, aja padha golek pangan ing kono. Iwak ora nggubris, mula baya nesu, kabeh iwak dipangan ngono wae, sadela wae wis kamplung mlebu wetenge baya. Ewadene ana iwak siji kang slamet banjur mlayu-mulih lapuran marang ratune yaiku sura. sura dilapuri sing maune ora nesu wong kuwi pancen dadi wenange baya, lan iwak sing wis mati padha ora manut aturane, mula ya wis ben mati mung sing durung aja nganti tekan wewengkone baya.
Seje dina Sura mikir, lha yen ana lelakon kaya ngono, mangka Sura iku pimpinane apa ora mbelani? Yen mung ngono anggone dadi ratu ora kajen, lan ora duwe kawibawan. Suwe-suwe malah disepelake bangsa iwak. Mula sawise pamikire jumbuh lan gumathok, Sura arep males ukum marang baya ing sungapane bengawan. lakune diuntapake warga iwak, nanging iwak ora kena maju lan cedhak, malah supaya padha nonton tarunge karo baya. Sing entuk prentah manut mapan rada adoh, ndeleng kaya ngapa tarunge mengko. Lakune meh tekan sungpane bengawan,lingak-linguk nggoleki baya ora ana katon. Bareng weruh klebate anak baya, diundang lan dikandhani yen ing sungapan ana tamu sura ratune iwak. supaya dikandhakake baya. Anak- anak baya banjur lunga kandha rnarang wong tuwane, yen ana tamu arep ketemu. Krungu palapuran mau baya banjur mangkat nemoni Ratu lwak. sawise ketemu padha rembugan apik-apikan, suwe-suwe dadi rada kasar lan wusanane dadi congkrahan kang pungkasani dadi gelut, perang tandhing ora ana sing wani ngroyok.
Ing sungapane kali kono ana ombak gedhe dadakan, jalaran angone padha tandhing tiyasa padha saktine, ora ana sing menang lan ora ana sing kalah anggone perang nganti pirang-pirang dina ora ana sing gelem kalah. Bangsa baya was-was atine, aja-aja baya kalah. Semono uga warga iwak aja-aja mengko ratune kalah. saengga kabeh mung mlongo ora ana sing wani ngroyok dadine mung meneng karo ngulatake perange.
Sadina, rong dina, seminggu, sesasi, durung rampung. Perange sejak ana aturan, jalaran ana wanci ngaso kanggo mangan sawetara, banjur maju maneh. Menawa wengi anggone perang uga leren. Mangkono sateruse, Iwak rumangsa labuh pati marang kulawargane, denebaya semono uga belani wargane lan wewengkone dijarah rayah pangane. Mula anggone memungsuhan padha dene ngeyele, lan ora ana sing wani misah. Kabeh padha ngatonake kasektene dhewe-dhewe, suwe-suwe iwak lan baya mati sampuyuh. Kanggo mengeti: perange sura ratu iwak lan baya, papan mau dijenengake SURABAYA.
Ing segara kono pancen dadi obye,k mancing, narrging bareng kabeh nindakake peprentahe ratune, kabeh iwakslamet ora ana sing kena pancing, lan ora ana maneh wong mancing ing kono. Mula kabeh bangsa iwak serreng atine, saiki wis bebas pancing. Nanging anehe, saking senenge anggone padha golek pangan nganti tekan sungapane kali bengawan. Iwak-iwak rerombongan golek pangan mrono, ora ngetung bebaya, jalaran ing sungapane bengawan kono omahe warga baya. Weruh rombongan iwak, banjur dielikake, aja padha golek pangan ing kono. Iwak ora nggubris, mula baya nesu, kabeh iwak dipangan ngono wae, sadela wae wis kamplung mlebu wetenge baya. Ewadene ana iwak siji kang slamet banjur mlayu-mulih lapuran marang ratune yaiku sura. sura dilapuri sing maune ora nesu wong kuwi pancen dadi wenange baya, lan iwak sing wis mati padha ora manut aturane, mula ya wis ben mati mung sing durung aja nganti tekan wewengkone baya.
Seje dina Sura mikir, lha yen ana lelakon kaya ngono, mangka Sura iku pimpinane apa ora mbelani? Yen mung ngono anggone dadi ratu ora kajen, lan ora duwe kawibawan. Suwe-suwe malah disepelake bangsa iwak. Mula sawise pamikire jumbuh lan gumathok, Sura arep males ukum marang baya ing sungapane bengawan. lakune diuntapake warga iwak, nanging iwak ora kena maju lan cedhak, malah supaya padha nonton tarunge karo baya. Sing entuk prentah manut mapan rada adoh, ndeleng kaya ngapa tarunge mengko. Lakune meh tekan sungpane bengawan,lingak-linguk nggoleki baya ora ana katon. Bareng weruh klebate anak baya, diundang lan dikandhani yen ing sungapan ana tamu sura ratune iwak. supaya dikandhakake baya. Anak- anak baya banjur lunga kandha rnarang wong tuwane, yen ana tamu arep ketemu. Krungu palapuran mau baya banjur mangkat nemoni Ratu lwak. sawise ketemu padha rembugan apik-apikan, suwe-suwe dadi rada kasar lan wusanane dadi congkrahan kang pungkasani dadi gelut, perang tandhing ora ana sing wani ngroyok.
Ing sungapane kali kono ana ombak gedhe dadakan, jalaran angone padha tandhing tiyasa padha saktine, ora ana sing menang lan ora ana sing kalah anggone perang nganti pirang-pirang dina ora ana sing gelem kalah. Bangsa baya was-was atine, aja-aja baya kalah. Semono uga warga iwak aja-aja mengko ratune kalah. saengga kabeh mung mlongo ora ana sing wani ngroyok dadine mung meneng karo ngulatake perange.
Sadina, rong dina, seminggu, sesasi, durung rampung. Perange sejak ana aturan, jalaran ana wanci ngaso kanggo mangan sawetara, banjur maju maneh. Menawa wengi anggone perang uga leren. Mangkono sateruse, Iwak rumangsa labuh pati marang kulawargane, denebaya semono uga belani wargane lan wewengkone dijarah rayah pangane. Mula anggone memungsuhan padha dene ngeyele, lan ora ana sing wani misah. Kabeh padha ngatonake kasektene dhewe-dhewe, suwe-suwe iwak lan baya mati sampuyuh. Kanggo mengeti: perange sura ratu iwak lan baya, papan mau dijenengake SURABAYA.
Subscribe to:
Posts (Atom)